Kementerian Agama telah menggelar sidang isbat sore tadi. Sejumlah ulama diundang dalam sidang penentuan awal Ramadan ini. Satu lagi momen yang ditunggu saat bulan puasa adalah ketika ibadah shalat tarawih tiba. Setiap muslim saling berbondong-bondong pergi ke masjid untuk melaksanakan ibadah sunnah tersebut. Bahagia rasanya melihat masjid sangat ramai para jamaah ketimbang biasanya, dan kejadian itu mungkin hanya ditemui sekali dalam setahun
Meskipun tarawih selalu ditunggu saat bulan puasa, selalu saja ada kejadian tidak lazim para jamaahnya setiap tahun. Memang kadang kesel sih dibuatnya, tapi hal itulah yang membuat kangen dengan tarawih. Hal apa sajakah itu?
Biasanya hal ini selalu dilakukan oleh para perempuan terutama ibu-ibu. Sebelum sholat tarawih berlangsung, biasanya mereka akan berangkat duluan untuk “memesan tempat”. Menggelar sajadah di shaf khusus menjadi ajang rebutan bagi makmum perempuan saat tarawih, sudah seperti menandai daerah kekuasaannya saja para ibu-ibu ini. Biasanya sih kalau tidak shaf yang jauh dari imam, dekat dengan pintu keluar, kalau tidak ya tempat yang gak bakal terhalang makmum lain jika ingin meninggalkan shaf, jadi tidak harus menunggu berlama-lama.
Selain cara di atas juga ada satu trik lagi yang dilakukan para ibu-ibu jika ingin mendapatkan shaf idaman. Hal tersebut tak lain adalah menyuruh anak-anak muda untuk maju. Alasannya sih ada saja dan kita pun pasti mau karena sungkan kalau tidak mengindahkan apalagi melawan.
Kalau masalah ini para bocah memang susah banget buat dibilangin, kemarin dikasih tahu eh sekarang kambuh lagi. Perang sarung ini memang menjadi sebuah tradisi yang selalu ada di bulan ramadhan khususnya bagi anak-anak. Waktu paling sering perang sarung ini terjadi ya saat shalat tarawih.
Oke saja sih kalau sebelum atau sesudah shalat, masalahnya mereka selalu main perang sarung saat tarawih dilaksanakan. Jadinya ya kekhusukan para jamaahnya jadi terganggu karena kegaduhan mereka. Meskipun begitu kadang kalau shalat tarawih tidak mendengarkan suara anak kecil yang sedang main perang sarung rasanya kangen juga.
Bukan lagi rahasia buat orang Indonesia kalau mau cari tempat shalat tarawih itu selalu pilih-pilih. Terutama kalau ada masjid yang imamnya hanya membaca surat pendek atau rakaatnya sangat sedikit, pasti selalu ramai dikunjungi para jamaah. Padahal kan esensinya bacaan shalat tarawih itu semakin pelan bakal semakin mudah menghayati setiap ayatnya, tapi ya namanya orang Indonesia mau cepet saja, dipilihlah mushola dengan sholat kilat.
Tapi tentu saja hal semacam ini tidak mudah untuk diprediksi. Alasannya karena biasanya jadwal imam itu berganti-ganti. Cepat memang butuh sih, tapi ingat lagi esensi sholat itu seperti apa. Lebih baik pilih yang bacaannya jelas serta pas.
Entah gansis yang membaca ini pernah jadi korban atau pelaku, pastinya hal ini selalu terjadi di saat tarawih. Untung kalau tertukar sama sandal yang lebih bagus, masalahnya lebih seringnya dapat sandal biasa bahkan lebih jelek. Berangkat terawih bawa sandal mahal, pulang-pulang downgrade jadi sendal jepit karatan.
Nyesek sih, tapi ya mau bagaimana lagi, ketimbang pulang tanpa alas kaki, sandal seadanya saja dipakai. Itu masih untung kalau ada, misalnya ternyata tidak ada sandal yang tersisa? Untuk mengatasi masalah ini mungkin bisa dengan bawa sandal yang jelek saya atau kasih tanda buat alas kaki kita. Biar nggak gampang tertukar.
Memang bukan pemandangan yang aneh saat melihat anak-anak kecil pada giat pergi ke masjid. Eh ternyata bukan karena mereka benar-benar sudah menjadi alim, namun karena ingin mengisi buku ramadhan. Karena terpaksa pergi ke masjid hanya untuk minta tanda tangan, hasilnya kelakuan mereka di masjid jadi sembarangan.
Contohnya saja saat imam membaca alfatihah, ketika semua jamaah sudah mengucapkan amin, baru para bocah itu mengucapkan amin dengan lantang. Mengganggu banget sih, tapi ya namanya bocah ya dimaklumi saja.
Sudah ciri khas orang Indonesia banget kalau awal puasa semangatnya bukan main. Namun semakin mendekati lebaran, malah loyo gak karuan. Awal puasa mungkin bisa dijumpai mesjid sangat penuh dengan jamaah, namun semakin lama malah mungkin hanya satu shaf yang paling depan yang penuh.
Pemandangan semacam ini memang selalu ada pada setiap tahunnya, tidak hanya di mushola kecil bahkan juga di masjid besar. Ini ibaratnya seperti mercon, keras di depan, tak ada bunyinya di belakang.
Meskipun tarawih selalu ditunggu saat bulan puasa, selalu saja ada kejadian tidak lazim para jamaahnya setiap tahun. Memang kadang kesel sih dibuatnya, tapi hal itulah yang membuat kangen dengan tarawih. Hal apa sajakah itu?
1. Gelar sajadah dan cari tempat strategis
Biasanya hal ini selalu dilakukan oleh para perempuan terutama ibu-ibu. Sebelum sholat tarawih berlangsung, biasanya mereka akan berangkat duluan untuk “memesan tempat”. Menggelar sajadah di shaf khusus menjadi ajang rebutan bagi makmum perempuan saat tarawih, sudah seperti menandai daerah kekuasaannya saja para ibu-ibu ini. Biasanya sih kalau tidak shaf yang jauh dari imam, dekat dengan pintu keluar, kalau tidak ya tempat yang gak bakal terhalang makmum lain jika ingin meninggalkan shaf, jadi tidak harus menunggu berlama-lama.
Selain cara di atas juga ada satu trik lagi yang dilakukan para ibu-ibu jika ingin mendapatkan shaf idaman. Hal tersebut tak lain adalah menyuruh anak-anak muda untuk maju. Alasannya sih ada saja dan kita pun pasti mau karena sungkan kalau tidak mengindahkan apalagi melawan.
2. Main perang sarung sebagai peramai tarawih
Kalau masalah ini para bocah memang susah banget buat dibilangin, kemarin dikasih tahu eh sekarang kambuh lagi. Perang sarung ini memang menjadi sebuah tradisi yang selalu ada di bulan ramadhan khususnya bagi anak-anak. Waktu paling sering perang sarung ini terjadi ya saat shalat tarawih.
Oke saja sih kalau sebelum atau sesudah shalat, masalahnya mereka selalu main perang sarung saat tarawih dilaksanakan. Jadinya ya kekhusukan para jamaahnya jadi terganggu karena kegaduhan mereka. Meskipun begitu kadang kalau shalat tarawih tidak mendengarkan suara anak kecil yang sedang main perang sarung rasanya kangen juga.
3. Cari masjid dengan rakaat dan bacaan terpendek
Bukan lagi rahasia buat orang Indonesia kalau mau cari tempat shalat tarawih itu selalu pilih-pilih. Terutama kalau ada masjid yang imamnya hanya membaca surat pendek atau rakaatnya sangat sedikit, pasti selalu ramai dikunjungi para jamaah. Padahal kan esensinya bacaan shalat tarawih itu semakin pelan bakal semakin mudah menghayati setiap ayatnya, tapi ya namanya orang Indonesia mau cepet saja, dipilihlah mushola dengan sholat kilat.
Tapi tentu saja hal semacam ini tidak mudah untuk diprediksi. Alasannya karena biasanya jadwal imam itu berganti-ganti. Cepat memang butuh sih, tapi ingat lagi esensi sholat itu seperti apa. Lebih baik pilih yang bacaannya jelas serta pas.
4. Kisah sendal yang tertukar
Entah gansis yang membaca ini pernah jadi korban atau pelaku, pastinya hal ini selalu terjadi di saat tarawih. Untung kalau tertukar sama sandal yang lebih bagus, masalahnya lebih seringnya dapat sandal biasa bahkan lebih jelek. Berangkat terawih bawa sandal mahal, pulang-pulang downgrade jadi sendal jepit karatan.
Nyesek sih, tapi ya mau bagaimana lagi, ketimbang pulang tanpa alas kaki, sandal seadanya saja dipakai. Itu masih untung kalau ada, misalnya ternyata tidak ada sandal yang tersisa? Untuk mengatasi masalah ini mungkin bisa dengan bawa sandal yang jelek saya atau kasih tanda buat alas kaki kita. Biar nggak gampang tertukar.
5. Rajin ke masjid karena buku ramadhan
Memang bukan pemandangan yang aneh saat melihat anak-anak kecil pada giat pergi ke masjid. Eh ternyata bukan karena mereka benar-benar sudah menjadi alim, namun karena ingin mengisi buku ramadhan. Karena terpaksa pergi ke masjid hanya untuk minta tanda tangan, hasilnya kelakuan mereka di masjid jadi sembarangan.
Contohnya saja saat imam membaca alfatihah, ketika semua jamaah sudah mengucapkan amin, baru para bocah itu mengucapkan amin dengan lantang. Mengganggu banget sih, tapi ya namanya bocah ya dimaklumi saja.
6. Shaf yang selalu bertambah maju
Sudah ciri khas orang Indonesia banget kalau awal puasa semangatnya bukan main. Namun semakin mendekati lebaran, malah loyo gak karuan. Awal puasa mungkin bisa dijumpai mesjid sangat penuh dengan jamaah, namun semakin lama malah mungkin hanya satu shaf yang paling depan yang penuh.
Pemandangan semacam ini memang selalu ada pada setiap tahunnya, tidak hanya di mushola kecil bahkan juga di masjid besar. Ini ibaratnya seperti mercon, keras di depan, tak ada bunyinya di belakang.
Comments
Post a Comment